Makalah
PARAGRAF
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1.
FITRIYANI RANGKUTI (3103131021)
2.
KALAWATI SURBAKTI (3103131034)
3.
MAHRANI DARMA (3103131041)
4.
MARISKA DEFANA BANGUN (3103131042)
5.
PARLIN H. PUTRA PASARIBU (3103131056)
B REGULER 2010
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah ini adalah: Paragraf. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada ibu dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini dan telah
membimbing penulis dalam penyelesaian tugas kelompok ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari
berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada sehingga terbuka kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini terutama ibu dosen untuk
penyempurnaan makalah ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan,
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Nopember 2012
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.
Pengertian Paragraf.......................................................................... 2
B.
Jenis-Jenis Paragraf.......................................................................... 4
C.
Syarat-Syarat
Pembentukan Paragraf.............................................. 12
D.
Pola Pengembangan
Paragraf........................................................... 15
BAB III PENUTUP................................................................................... 20
A.
Kesimpulan...................................................................................... 20
B.
Saran................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan atau
ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf (alinea) merupakan kumpulan
suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alinea
merupakan kumpulan kalimat tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul melainkan
berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang
membentuk suatu kalimat dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis
melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan
dan hanya memiliki suatu topik atau tema. Paragraf juga disebut sebagai
karangan singkat.
Dalam paragraf terkandung satu unit
pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, dan kalimat penjelas sampai kalimat
penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk
membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf akan ditentukan oleh
banyak sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak
memang layak jika alineanya sedikit lebih panjang tetapi seandainya sedikit
tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Paragraf
Paragraf adalah
rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk
kesatuan pokok pembahasan. Paragraf dapat juga diartikan sebagai suatu kesatuan yang lebih tinggi dan
lebih luas dari kalimat dan merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang
bertalian dalam satu rangkaian membentuk satu gagasan. Paragraf
mempunyai beberapa pengertian antara lain sebagai berikut:
1.
Paragraf
adalah karangan mini, artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam
paragraf.
2.
Paragraf
adalah satuan bahasa yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara runtut
dan logis dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap secara utuh dan padu.
3.
Paragraf
adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang
mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendaliannya dan
pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
4.
Paragraf
yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau
kesempurnaan. Sekalipun tidak sempurna paragraf yang terdiri satu kalimat dapat
digunakan. Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antar paragraf
sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi sebagai kesatuan
gagasan agar menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap paragraf hendaklah
dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu
gagasan.
Dalam sebuah
paragraf terdapat sebuah gagasan utama yang merupakan pokok dari sebuah
paragraf, dan agar lebih jelas gagasan utama tersebut ditambah dengan
gagasan-gagasan tambahan.
Gagasan utama sebuah
paragraf dapat dicari dengan cara:
a. Membaca kalimat satu-persatu.
b. Jika kalimat pertama atau kalimat kedua
merupakan inti paragraf berarti kalimat tersebut adalah gagasan utama paragraf
yang bersangkutan.
c. Jika kalimat pertama bukan inti paragraf,
cermati kalimat terakhir paragraf tersebut. Jika kalimat terakhir tersebut
merupakan inti paragraf berarti kalimat tersebut adalah gagasan utama paragraf
yang bersangkutan.
d. Jika bukan pertama dan terakhir inti
paragrafnya, berarti gagasan-gagasan utama paragraf tersebut tersirat pada
setiap kalimatnya.
e. Jika kalimat intinya di awal dan diakhir
paragraf, berarti kalimat utama paragraf tersebut berada di awal dan di akhir
paragraf.
Adapun ciri-ciri dari sebuah paragraf antara
lain :
1.
Kalimat
pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa,
misalnya surat dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya:
makalah, skripsi, thesis, dan disertasi. Karangan berbentuk lurus yang tidak
bertakuk (block style) ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak
antarbaris lainnya.
2.
Paragraf
menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik.
3.
Setiap
paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang
yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan pikiran utama yang ada
dalam kalimat topik.
4.
Paragraf
menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat
ini berisi detail-detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalimat
topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.
Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik dan tidak mengulang
pikiran penjelas lainnya.
Fungsi
atau tujuan paragraf adalah menyalurkan penjelsan ide-ide atau gagasan pikiran
secara detail karena terdiri dari ide pokok dari penjelsan ide dan juga
paragraf merupakan bagian atau petaan-petaan dalam wacana. Fungsi tersebut
antara lain sebagai berikut:
1.
Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2.
Menandai
peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti
paragraf berarti ganti pikiran.
3.
Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4.
Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5.
Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
B.
Jenis-Jenis
Paragraf
a. Paragraf Argumentasi
Karangan argumentasi adalah jenis paragraf
yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti
dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide,
gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
a)
Ciri-ciri karangan
argumentasi
1.
Menjelaskan pendapat
agar pembaca yakin.
2. Memerlukan
fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
3. Menggali
sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
4. Penutup
berisi kesimpulan.
b) Contoh Paragraf Argumentasi
Mempertahankan
kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama
tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal
kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah
itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga
kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
b.
Paragraf narasi
Adalah paragraf
yang menceritakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang berurutan (kronologis)
yang berupa fakta atau fiksi. Paragraf narasi
yang berupa fakta: biografi, auto biografi, catatan perjalanan. Paragraf narasi yang
berupa fiksi: cerpen, novel.
a)
Ciri-ciri paragraf naratif atau
narasi
1. Ada
tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan
2. Mementingkan
urutan waktu maupun urutan peristiwa
3. Tidak
hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen, novel, roman) tetapi juga terdapat
dalam tulisan nonfiksi (biografi, cerita nyata dalam surat kabar, sejarah, riwayat
perjalanan).
b)
Macam
/ pola pengembangan paragraf Narasi
1. Narasi
ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita
kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar).
2. Narasi
sugestif/fiksi/artistik adalah cerita yang menonjolkan khayalan sehingga
pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan terhayut, bahkan merasa mengalami
cerita tersebut (cerpen, novel dan lain-lain).
c)
Contoh-contoh paragraf
Narasi
1. Pernah
suatu ketika aku bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhku
untuk pergi ke arah timur. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Sesudah bangun,
keinginan untuk memenuhi perintah si kakek itu seperti tidak terbendung. Aku
harus pergi ke arah timur. Timur…timur mana ? Jakarta Timur? ……(Narasi
sugestif).
2. Hari-hariku
sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat padat
dan melelahkan. Bayangkan pagi-pagi sekali aku harus bangun dan menyiapkan
sarapan anak-anakku. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena
anak-anakku masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi
anakku yang paling kecil. Setelah beres urusan rumah, segera aku berlari untuk
mengejar angkutan yang mengangkutku ke jalan raya yang dilalui bus.(Narasi
ekspositoris).
c. Paragraf Deskripsi
Karangan ini berisi
gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan hal tersebut.
a) Ciri-ciri paragraf deskripsi
- Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
- Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
- Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
b)
Pola
pengembangan paragraf deskripsi
- Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
- Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
- Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
c) Contoh paragraf deskripsi
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di
dalam apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak
aku kuliah di Farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama
ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku. Apotik ini cukup luas,
beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat
warna-warni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis.
Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku
tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat
atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO. Setelah ku pandangi
aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. buku ini adalah buku
pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi secara keseluruhan
apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir. Hembusan
angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk di bulan Mei yang panas ini.
d.
Paragraf
Persuasi
Paragraf
persuasif adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau
berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat
tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
a)
Ciri-ciri
paragraf persuasi
- Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
- Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
- Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui
- kepercayaan antara penulis dengan pembaca.
- Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak
- hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
- Persuasi memerlukan fakta dan data
b) Contoh Paragraf Persuasi
Sistem
pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi
harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di
Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina,
Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian,
rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia
hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk
mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang
sedang melanda bangsa tetapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan
kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan
generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem
pendidikan nasional.
e.
Paragraf
Eksposisi
Merupakan karangan yang bertujuan untuk
menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca.
Karangan eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat
diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman.
Paragraf Eksposisi tidak selalu terbagi atas
bagian-bagian yang disebut pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini sangat
tergantung dari sifat karangan dan tujuan yang hendak dicapai.
1. Berusaha
menjelaskan tentang sesuatu.
2. Gaya
tulisan bersifat informative.
3. Fakta
dipakai sebagai alat kontribusi.
4. Fakta
dipakai sebagai alt konkritasi.
2.
Paragraf Eksposisi 2
(ilustrasi)
3.
Paragraf Eksposisi 3 (perbandingan/pertentangan)
4.
Paragraf Eksposisi 4 (laporan)
5.
Paragraf Eksposisi 5 (proses)
6.
Paragraf Eksposisi 6 (definisi)
1.
Berdasarkan
Sifat dan Tujuannya
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf
berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut:
a.
Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang
membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik
minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa
yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
b.
Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan
penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk
paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu
paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis
karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif,
eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan
yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa
paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada
paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c.
Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan
untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini
mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah
karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu
panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial
adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau
betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada
pembacanya.
2.
Berdasarkan
Letak Kalimat Utama
Letak kalimat
utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut penulis
menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria
penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini
berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan
empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.
a.
Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai
dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan
kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini
biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang
khusus. Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal
paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan
yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu
kalimat utama terletak di awal paragraf.
a)
Ciri-Ciri Paragraf Deduktif
1. kalimat
utama berada di awal paragraf.
2. kalimat
disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
b) Contoh Paragraf Deduktif :
Ketika
Perang Dunia II, banyak kapal laut logistik Jepang ditenggelamkan oleh armada
perang Amerika. Keadaan itu membuat “negeri matahari terbit” ini melirik minyak
jarak untuk menggerakkan mesin-mesin perangnya. Tidak hanya truk dan tank,
bahkan pesawat terbang pun menggunakan bahan bakar minyak jarak.
Keterangan:
gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu
Ketika Perang Dunia II, banyak kapal laut logistik Jepang ditenggelamkan oleh
armada perang Amerika.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf ini
dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian,
kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode
berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
1. Terlebih
dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
- Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
- Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
- Menemukan kalimat utama, gagasan utama, kalimat penjelas.
- Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf.
- Gagasan utama terdapat pada kalimat utama.
- Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus.
8. Kalimat
penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.
b)
Contoh
Paragraf Induktif
Sejak
suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap
bulan ia pergi ke dokter memeriksa sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin
menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup
sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anak yang tetua dan
adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor
tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.
Keterangan: Gagasan utama paragraf
tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu Sungguh berat beban hidupnya.
c.
Paragraf Gabungan Atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada
bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi
pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk
lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada
dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua..
Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73).
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di
sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula,
masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem
ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam
pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di
atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak
membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya,
gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak
mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti
“lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan
sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai
sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
d.
Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini
tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh
kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam
karangan berbentuk narasi atau deskripsi.
Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Enam puluh tahun
yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal
melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman
dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi
Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat
benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa,
disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000
km jauhnya.(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Keterangan: Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat
topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau
naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama
penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf
naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang
dibicarakan dalam penelitian ini.
C.
Syarat-Syarat
Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf
dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya apabila
paragraf itu lengkap, artinya mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran
penjelas. Di samping itu sama halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi
persyaratan tertentu.(Keraf, 1980:67) Adapun syarat-syarat
tersebut antara lain.
a.
Kesatuan (Unity)
Kesatuan (unity)
adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud
atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa saja
hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja
mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi
haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud
tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu (Keraf,
1980:67).
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau
singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf
tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit
untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka
adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa
itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang
terganggu oleh keadaan ekonomi.
Apabila
paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
1. Pikiran utama :
masalah umum dalam dunia mahasiswa.
2. Pikiran penjelas :
sulit memusatkan perhatian, berasal dari keluarga biasa,
terganggu oleh ekonomi.
Unsur-unsur
penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan
perkataan lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentuk eksatuan ide
(unity).
b.
Kepaduan (Koherensi)
Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a) Pengulangan kata/kelompok kata kunci atau disebut
repetisi.
b) Penggantian kata/kelompok kata atau subtitusi.
c) Pengulangan kata/kelompok kata atau transisi.
d) Hubungan implisit atau penghilangan kata/kelompok kata
tertentu atau ellipsis.
Berikut ini
dikemukakan kata-kata atau frase transisi, seperti dikemukakan oleh Keraf
(1980:80-81).
a)
Hubungan
yang menyatakan tambah terhadap sesuatu yang telah disebut, misalnya: lebih lagi,
tambahan, lagi pula, selanjutnya, di damping itu, akhirnya, dan sebagainya.
b)
Hubungan
yang menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun juga,
sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun.
c)
Hubungan
yang menyatakan perbandingan, misalnya: sama halnya, seperti, dalam hal yang
sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
d)
Hubungan
yang menyatakan akibat, misalnya; sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu,
jadi, maka, akibatnya, karena itu.
e)
Hubungan
yang menyatakan tujuan, misalnya: untuk maksud itu, untuk maksud tertentu,
untuk maksud tersebut, supaya.
f)
Hubungan
yang menyatakan singkatan, misalnya contoh intensifikasi: singkatnya,
ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, dengan kata lain, yakni,
yaitu, sesungguhnya.
g)
Hubungan
yang menyatakn waktu, misalnya: sementara
itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian.
h) Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di
situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
Contoh
paragraf menggunakan transisi yang benar.
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga
tidak dapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah yang disajikan
dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau
merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu mahasiswa yang sudah mempelajari
bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau
sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun,
merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah
yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para
pengajar.
Keterangan:
perhatikan kata atau frase transisi yang digunakan (digaris bawahi) menyatakan hubungan
kalimat. Tanpa menggunakan frase transisi ini tulisan di atas akan
terpotong-potong dan hubungan antar kalimat tidak jelas.
c.
Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat
topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat
penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada
unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang
kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran
utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat
penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian
itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas
sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial),
urutan proses, contoh-contoh dan dnegan detail fakta.
D. Pola Pengembangan Paragraf
a. Pola umum-khusus (deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus.
Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak keuntungan. Salah satunya kita dapat memanfaatkannya secara maksimal. Meskipun demikian biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Biaya untuk hardware saja sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya perbulan. Selain itu kita juga membutuhkan tenaga professional untuk menjadi operatornya.
b. Pola khusus-umum (induktif)
Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
c. Pola definisi luas
Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau hal. Penulis dapat mengemukakan hal yang berupa definisi formal, definisi dengan contoh dan keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti dari sutau kata.
Contoh:
Istilah Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
d. Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh:
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.
e.
Pola
kausalitas (sebab-akibat; akibat sebab)
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai
gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun
demikian, susunan tersebut bias juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai
gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.
Contoh:
Beberapa pohon di kebun tidak mau
berbungan seperti tanaman yang lain. Padahal pohon tersebut sudah disiram
dengan rutin. Pemberian pupuk juga dilakukan seminggu sekali. Setelah diperiksa
ternyata pohon tersebut tidak mendapat cahaya matahari karena terhalang oleh
pohon besar yang ada di sampingnya.
f.
Pola
ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum
memerlukan ilustrasi atau contoh-contoh yang nyata. Ilustrasi tersebut dipakai
untuk menjelaskan maksud penulis.
Contoh:
Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor
gerbong kereta api dari Perancis. Gerbong tersebut tampak mentereng karena
dilengkapi dengan alat-alat conditioning. Namun dimanakah sekarang
gerbong-gerbong itu? Ternyata sudah banyak yang rusak. Gerbong-gerbong itu kini
hanya dipakai dalam trayek tingkat tiga untuk mengangkut anak-anak sekolah dan
para petani dari desa ke kota. Siapa yang salah? Penumpangnya atau pegawai PT
KAI? Itulah contoh penggunaan teknologi yang tak dibarengi SDM yang memadai,
sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum waktunya.
g.
Pola
pertentangan atau perbandingan
Pola ini digunakan ketika membahas dua
hal berdasarkan persamaan dan perbedaannya.
Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik
dengan tarif yang murah. Setiap orang dapat menjadi pelanggan dengan tidak
banyak mengeluarkan biaya. Berbeda halnya dengan petromaks. Meskipun sama-sama
membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang dihasilkan petromaks sangat kecil
jika dibandingkan dengan pembangkit listrik biasa. Petromaks hanya digunakan di
desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-kota.
h.
Pola
analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan
suatu hal atau agagsan yang umum ke dalam perincian yang lebih logis. Dalam
pola ini ada bagian yang dianalisis yang terletak di awal paragraf dan yang
menganalisis terletak setelahnya.
Contoh:
APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.
Tekanan itu pada dasarnya berkaitan dengan tiga faktor. Pertama, memburuknya
lingkungan ekonomi makro. Kedua, tidak dapat dilaksanakannya secara optimal
kebijakan fiscal di bidang perpajakan, bea cukai, dan pengurangan subsidi BBM.
Ketiga, adanya pembatalan sebagian pencairan pinjaman untuk biaya pembangunan.
i.
Pola
klasifikasi
Merupakan sebuah
proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa atau benda yang dianggap punya
kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh:
Ikan air tawar
terbagi ke dalam tiga golongan, yakni ikan peliharaan, ikan buas, dan ikan
liar. Ikan peliharaan terdiri atas ikan-ikan yang mudah diperbanyak. Contohnya:
ikan bandeng, ikan mas, ikan gurami, dan lain-lain. Ikan buas memiliki sifat
jahat terhadap ikan-ikan lain. Contohnya: ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar,
meskipun jarang dipelihara, tetapi memiliki keuntungan secara ekonomis.
Contohnya: ikan paray, ikan bunter dan ikan ikan jeler.
j.
Pola
seleksi
Penggambaran
objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi dipilih secara perbagian berdasarkan
fungsi, kondisi, atau bentuk.
Contoh:
Sejak suaminya
terpilih menjadi ketua partai politik, ia memutuskan untuk mengubah
penampilannya. Kini ia lebih banyak mengenakan busana panjang yang sopan. Namun
demikian kesan modis tak pernah ditinggalkan. Untuk menghadiri jamuan makan
malam, ia mengenakan busana bergaya Thailand. Untuk acara formal, atasan model
jas berlengan panjang dan rok span menjadi favoritnya. Untuk santai, ia memilih
busana model sackdress.
k.
Pola
sudut pandang atau titik pandang
Merupakan tempat pengarang melihat atau
menceritakan suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang
atas suatu barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai
orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau
kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun
sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas
melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas pulang.
Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
l.
Pola
dramatis
Dalam pola ini cerita tidak disampaikan
secara langsung, tetapi dikemukakan melalui dialog-dialog. Hal yang
membedakannya dengan pola sudut pandang adalah cara penyampaiannya.
Contoh:
Ayah Imas mengangguk. Diisapnya lagi
sisa rokoknya dalam-dalam. “Ayo, silakan!” ujar Pak Somad semabri menyodorkan
kotak tembakau. “Terima kasih, ini sudah cukup. Lagi pula hari sudah larut,
saya mau pamit pulang.” ujar Ayah Imas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan atau ide
pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf (Alinea) merupakan
kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada
kalimat.
Dalam paragraf terkandung satu unit
pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari
kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, dan kalimat penjelas sampai
kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk
membentuk suatu gagasan.
Panjang pendeknya suatu paragraf
akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan. Bila
segi-seginya banyak, memang layak jika alineanya sedikit lebih panjang, tetapi
seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.
Agar suatu paragraf baik ada
hal-hal yang harus diperhatikan, baik dari syarat-syarat pembentukkan paragraf
yaitu kesatuan, kepaduan dan kejelasan serta dalam pola pengembangan paragraf.
B.
Saran
Paragraf
merupakan sebuah inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Jadi dalam
penuangan buah pikiran tersebut harus memperhatikan kaidah-kaidah pembuatan
paragraf sehingga dapat dibaca dan dapat dimengerti dengan baik oleh si
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Barus,
sanggup. 2012. Bahasa Indonesia.
Medan: UNIMED
Dhesy.2008.(online)http://karangan-dhesy.blogspot.com/2008/05/jenis-paragraf.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
Worls,cia.2011.(online)http://cia-worls.blogspot.com/2011/10/pengertian-paragraf-alenia.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
Dhesy.2008.(online)http://karangan-dhesy.blogspot.com/2008/04/syarat-pembentukan-paragraf.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
Asemanis.2010.(online)http://asemanisblog.blogspot.com/2010/08/contoh-paragraf-deduktif-dan-induktif.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/paragraf-deduktif-ciri-cirijenis-contoh-paragraf-deduktif-dan-pengertian-paragraf-deduktif/ diakses tanggal 28 Oktober 2012
Wayanatel.2012.(online)http://www.wayankatel.com/2012/09/pengertian-ciriciri-contoh-paragrafinduktif.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
http://tmy-remind.blogspot.com/2010/03/paragraf-deduktif.html
Griyawardani.2012.(online)http://griyawardani.wordpress.com/2012/02/25/pola-pengembangan-paragraf/ diakses tanggal 28 Oktober 2012
Hariyadi,teguh.2011(online)http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf_7522.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
Hariyadi,teguh.2011(online)http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
Hariyadi,teguh.2011(online)http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf-persuasi.html#ixzz2APmaewCU diakses tanggal 28 Oktober 2012
Inside,zatan.2012(online)http://zataninside312.blogspot.com/2012/01/ciri-ciri-paragraf-persuasi.html diakses tanggal 28 Oktober 2012
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pengertian-paragraf-eksposisi-ciri-cirijenis-jenis-dan-contoh-paragraf-eksposisi/
diakses tanggal 28 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar